24 April 2011

Semula, Myriam Francois Cerrah Belajar Alquran untuk Serang Pendapat Temannya

Myriam Francois Cerrah
Semula, Myriam Francois Cerrah Belajar Alquran untuk Serang Pendapat Temannya
Myriam Francois Cerrah

Semula, Myriam Francois Cerrah Belajar Alquran untuk Serang Pendapat Temannya
Rabu, 20 April 2011 13:14 WIB





















REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Bagi Myriam Francois Cerrah, Alquran adalah puncak perenungan filosofisnya. Alquran pula yang kemudian mengantarkannya pada Islam. Mahasiswa pascasarjana Oxford University bidang Politik Timur Tengah ini memeluk Islam pada tahun 2003 saat berusia 21.


Padahal, sarjana filsafat lulusan Universitas Cambridge ini mulai membuka Alquran dengan "marah". Ia berdiskusi soal Tuhan dengan teman kuliahnya. Sang teman, menggunakan dalil ketuhanan sesuai apa yang disebutkan dalam konsep Islam. "Saya mempelajarinya sebagai bagian dari upaya untuk membuktikan pendapat teman saya yang seorang Muslim itu salah," ujarnya.

Kemudian ia mulai membaca dengan pikiran yang lebih terbuka. Pembukaan Al Fatihah, dengan alamat untuk seluruh umat manusia, mencengangkannya. "Dalam Islam, seluruh tindakan manusia, dia sendiri yang akan menanggung konsekuensinya. Itulah pentingnya dia mengambil jalan lurus, jalan Tuhan," katanya.

Dalam dunia yang diatur oleh relativisme, katanya, maka hanya ada dua panduan: moral objektif dan landasan moralitas. "Sebagai seseorang yang selalu memiliki minat dalam filsafat, Alquran terasa seperti puncak dari semua  renungan filosofis saya. Hal ini dikombinasikan Kant, Hume, Sartre dan Aristoteles. Entah bagaimana berhasil  menjawab pertanyaan-pertanyaan filosofis mendalam yang diajukan selama berabad-abad tentang eksistensi manusia dan menjawab satu yang paling mendasar, "mengapa kita di sini?" katanya.

Tentang Nabi Muhammad, Cerrah mengenalinya sebagai seorang pria yang ditugaskan dengan misi penting, seperti para pendahulunya, Musa, Isa, dan Ibrahim.

Makin lama ia belajar Alquran, makin besar keinginannya untuk menganut agama Islam. Tujuan semula, mendebat argumentasi temannya, berubah menjadi pengakuan, "Kamu benar tentang agamamu!"

Tak mau buang waktu, ia segera bersyahadat. "Beberapa teman dekat saya melakukan yang terbaik untuk mendukung saya dan memahami keputusan saya. Saya tetap sangat dekat dengan beberapa teman masa kecil saya dan melalui mereka saya mengakui universalitas pesan Ilahi, bahwa nilai-nilai Tuhan bersinar melalui  perbuatan baik manusia, Muslim maupun bukan," katanya.

Ia menyatakan, konversi keimanannya bukan sebagai 'reaksi' terhadap, atau oposisi terhadap budaya Barat. "Sebaliknya, itu merupakan validasi dari apa yang  selalu saya pikirkan," ujarnya, seraya mengkritik beberapa masjid di Inggris yang menutup pintu dialog tentang ketuhanan dan terlalu dogmatis. "Catat: aturan dan protokol mereka banyak yang membingungkan dan malah bikin stres."

 Aku tidak segera mengidentifikasi dengan komunitas Muslim. Saya menemukan banyak hal aneh dan banyak sikap membingungkan. Perhatian yang diberikan kepada luar atas ke dalam terus masalah saya sangat.

Menurutnya, adalah tugas Muslim untuk membuat Islam  tampil tidak sebagai agama yang asing. Dan kini, ia menjadi bagian untuk tutut mengemban tugas itu. "Menjadi Muslim, tidak berarti kita  kehilangan semua jejak diri kita sendiri. Islam adalah validasi yang baik dalam diri kita dan sarana untuk memperbaiki yang buruk," katanya.


Redaktur:
Siwi Tri Puji B
Sumber: Emel

LINK : http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/11/04/20/ljxtbf-semula-myriam-francois-cerrah-belajar-alquran-untuk-serang-pendapat-temannya

Perjamuan Terakhir Yesus Terjadi Hari Rabu?

 

INILAH.COM, London – Umat Kristiani sejak lama mempercayai bahwa Perjamuan Terakhir (The Last Supper) yang dilakukan Yesus Kristus terjadi pada Kamis. Namun, riset terbaru menyebutkan satu hari lebih awal. Mana yang benar?


Professor Colin Humphreys, ilmuwan di University of Cambridge yang melakukan riset ini meyakini, selama ini telah terjadi kekacauan penanggalan. Apa yang ia baru temukan, memperkuat usulan untuk menentukan tanggal tepatnya Hari Paskah.


Humphreys menggunakan kombinasi riset kitab suci, sejarah dan astronomi untuk menentukan kondisi serta waktu santap malam terakhir Yesus bersama kedua belas murid, sebelum kematiannya. Periset sebelumnya bingung dengan Alkitab yang dianggap tak konsisten.


Alkitab menulis, Matius, Markus dan Lukas menyatakan Perjamuan Terakhir itu terjadi bertepatan dengan awal festival Paskah Yahudi. Sedangkan Yohanes menulis, peristiwa itu terjadi sebelum Paskah Yahudi.


Terkait hal ini, Humphreys menyatakan bahwa Yesus, Matius, Markus dan Lukas mungkin menggunakan penanggalan berbeda dengan Yohanes. Menurutnya, Yesus mengikuti penanggalan Yahudi lama, bukan penanggalan matahari yang marak digunakan saat kematiannya hingga saat ini.


"Apapun yang anda pikirkan mengenai Alkitab, faktanya, orang Yahudi tak mungkin salah mengadakan Paskah dengan jamuan lainnya. Jadi ketika dokumen-dokumen yang mendeskripsikan kehidupan Yesus (Gospel) saling berlawanan, maka ini akan makin sulit dimengerti," ujar Humphreys.


Melalui buku bertajuk The Mystery of The Last Supper, ia menyatakan banyak ahli kitab yang menyatakan Gospel sama sekali tak bisa dipercaya untuk alasan ini. Namun, Humphreys merasa, hasilnya akan berbeda jika ilmu pengetahuan dipadukan dengan Gospel. "Bahkan pada akhirnya, kita bisa menemukan bahwa tak ada kontradiksi," katanya.


Jika benar demikian, maka jamuan Paskah Yahudi dan Last Supper sama-sama terjadi pada Rabu. Ini menjelaskan mengapa begitu banyak peristiwa terjadi antara Jamuan Terakhir hingga penyaliban. Yesus melalui penahanan, interogasi dan pengadilan, yang tampaknya tak mungkin terjadi dalam semalam.


"Sebuah tanggal muncul untuk menentukan Hari Paskah di penanggalan modern. Berdasarkan penyaliban yang terjadi tanggal 3 April, maka Hari Paskah akan jatuh setiap 5 April," ujarnya. [ast]


http://id.berita.yahoo.com/perjamuan-terakhir-yesus-terjadi-hari-rabu-220500169.html

09 April 2011

Adian Husaini: Film Hanung "?" = Kampanye Pluralisme yang Vulgar




 
Jum'at, 08 April 2011

Hidayatullah.com—Pakar pemikiran Islam, Dr Adian Husaini punya kesan sendiri setelah melihat langsung film karya Hanung Bramantyo berjudul '?' (baca: Tanda Tanya) yang mulai menghiasi layar lebar di Indonesia pada 7 April 2011 lalu.
Menurunya, film ini jelas-jelas sebuah kampanye pluralimse yang vulgar.
“Jelas kampanye pluralisme, malah pluralisme yang vulgar,” ujar Adian.
Peniliti Institute for the Study of Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) ini menambahkan, dalam pandangan Islam, orang Murtad itu sangat serius, tidak bisa dianggap main-main. Dalam Islam, orang murtad itu dianggap kafir dan kata kafir itu bukan kata main-main.
"Setelah saya melihat trailer film ini yang lebih dulu disebarkan di YouTube, hingga menonton langsung filmnya malam ini, jelas sekali, film ini sangat merusak, berlebihan, dan melampaui batas.”
Menurut pria yang juga kolumnis tetap di hidayatullah.com ini pesan dalam film ini ingin memberikan kerukunan, tetapi justru memberikan streotype (cap) yang buruk pada Islam,
Misalnya; kasus menusup pendeta, mengebom gereja dll. Kasus-kasus itu kemudian diangkat menjadi sterotype. Menurut Adian, peran-peran Islam juga digambarkan dengan buruk. Orang murtad dari Islam dianggambarkan sebagai hal yang wajar saja, juga semua agama digambarkan menuju tuhan yang sama.
“Dalam film ini, dibuat seolah orang keluar dari agama Islam itu sesuatu yang biasa saja,” katanya.
Menurut Adian, semua yang digambarkan Hanung dalam film itu jelas paham Pluralisme yang sangat ditentang dalam Islam. Sebab kerukunan itu, kata Adian, bisa diwujudkan tanpa mengorbankan keyakinan masing-masing.
Karena itu, Adian menilai, pesan film Hanung ini sangat berlebihan, terutama jelas merusak konsep Islam. Merusak konsep tauhid, syirik, iman dan kufur.
“Sangat disayangkan film seperti ini disebarluaskan. Ini bukan menumbuhkan kerukunan, malah merusak kerukunan itu sendiri.”
Menurutnya, atas nama Pluralisme, semuanya dirusak dengan cara berlebih-lebihan. Padahal tidak mungkin semua agama dihilangkan klaim kebenaran.Padahal selama ini tidak ada masalah. Jadi film ini sangat berbahaya.
Adian juga mempertanyakan, “Apa sih yang mau dicapai dengan tontonan-tonan seperti ini?”
Padahal jelas sekali dalam Islam, ada tauhid ada syirik, ada iman ada kufur. Batas-batas itu harus dipegang. Kalau produser, penulis, pemain dan sutradara mengaku dirinya Muslim, seharusnya dia menjaga batas-batas aqidah dan keimanan dia.
Kapan dia memegang keyakinannya dan kapan harus menjaga kerununan dengan orang lain.
“Jadi film ini salah kaprah dan berlebihan yang justru merugikan kerukunan umat beragama sendiri.”
Dia menyarankan, di era kebebasan ini, umat Islam harus berhati-hati, karena banyak ide-ide menyesatkan digambarkan dengan cenematografi yang dibungkus humor atau memancing tawa. Orang lupa, padahal di balik tawa dan canda itu ada sesuatu yang serius.
Dengan era apa saja sekarang ini, di mana orang bisa nonton apa saja, bisa produksi apa saja, langkah terbaik adalah “Kuu anfusakum wa ahlikum naaro” (jagalah keluargamu dari api neraka).
Film Hanung ini, kata Adian seperti pernah disampaikan Allah dalam Qur’an Surat Al-An’am; 112, dengan istilah “Zuhrufal Qauli Ghururo” [perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)].
Sebagaimana disebutkan dalam terjemahan Quran Surat Al-An’am: 112, berbunyi, “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebahagian mereka membisikkan kepada sebahagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jika Tuhanmu menghendaki, niscaya mereka tidak mengerjakannya, maka tinggalkanlah mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” [Quran Surat 6:112]
Lebih lanjut, ia berharap Hanung memang sedang tidak menyadari kekeliruannya.
“Saya berharap ia (Hanung) tidak sadar dan keliru. Dan bertaubat, memohon ampun pada Allah itu lebih baik daripada mempertahankan hal yang salah,“ ujarnya.
Sebelum ini, KH A.Cholil Ridwan, Ketua MUI Bidang Budaya sempat mengirimkan rilim kepada redaksi hidayatullah.com, yang menyebut film ini dapat mendukung orang murtad (keluar Islam). */the Islam Media
Rep: CR-3
Red: Cholis Akbar

Translate it by Google Translator