Kamis, 21 Juni 2007 | |
"You know, Islam is well known", ujar Dowan. Pria keturunan Afrika-Amerika ini akhirnya memeluk Islam setelah menyaksikan wawancara tentang Islam di CNN M. Syamsi Ali Hidayatullah.com--Sabtu lalu, 9 Juni 2007, kelas the Islamic Forum the Islamic Cultural Center of New York dipenuhi peserta lebih dari biasanya. Rata-rata peserta per Sabtu adalah 15-20, tapi siang itu sekitar 25 peserta duduk berdesakan dalam ruangan yang tidak terlalu luas itu. Selain peserta dengan wajah lama, rata-rata peserta yang telah mengikuti acara ini sekitar 2-5 bulan, juga nampak beberapa wajah baru. Topik yang saya sampaikan hari itu adalah "Islam dan Tantangan Hidup" (Islam and Challenges of life). Topik ini sengaja saya kemukakan, mengingat Paris Hilton baru saja diceploskan ke dalam penjara. Bagi banyak non Muslim, Paris Hilton barangkali dianggap sosok yang sukses; cantik, kaya, popular, dll. Tapi kenapa seorang Paris Hilton bisa hidup semrawut seperti itu? Kenapa seorang Britney Spears bisa hidup menderita seperti yang kita saksikan? Kenapa dari hari ke hari semakin banyak penghuni Hollywood masuk rehabilitasi? Kenyataanya terjadi banyak paradox dalam hidup manusia di abad 21 ini. Kemajuan material yang ditandai dengan kemampuan keilmuan dan teknologi yang tinggi ternyata tidak memberikan kepuasan dan kebahagiaan kepada manusia. Semakin banyak manusia menghasilkan semakin tinggi perasaan ketidak puasan itu. Di kota-kota besar manusia berlomba membangun gedung-gedung pencakar langit, tapi di satu sisi kehidupan semakin terasa gersang. Semakin banyak rumah sakit yang dibangun, obat-obatan dan vitamin yang diproduksi juga semakin banyak penyakit dan orang sakit yang memenuhinya. Kesimpulan dari semua pembahasan yang memakan waktu hampir 3 jam itu adalah bahwa manusia abad 21 dijangkiti penyakit yang lebih berbahaya dari penyakit-penyakit konvensional yang kita kenal. Penyakit ini menjadi sumber banyak masalah yang dihadapi oleh manusia sekarang ini. Penyakit itu, yang dalam bahasa Al Qur'annya adalah "Al khauf wal hazan" (penyakit takut/khawatir dan sedih). Sedemikian besarnya rasa takut dan sedih menimpa manusia modern sekarang ini, sehingga untuk tidur saja di atas kasur yang empuk sangat susah. Menurut penelitian terakhir, tahun 2006 lalu sekitar $ 80 milyar obat pembantu tidur (sleep aid) terjual. Dan anehnya, mayoritas mereka yang membelinya adalah orang-orang kaya dan sukses. Demikianlah pembahasan hari itu. Memang agak serius, tapi sesekali diselingi candaan dan gelak tawapun meledak. Apalagi jika memang contoh-contoh yang saya berikan biasanya adalah kejadian yang "real" dan memang menjadi gunjingan umum. Saya memang tidak memberikan contoh-contoh yang terkadang secara social dan budaya pendengar tidak bersambung. Secara social dan budaya, tentu orang-orang Amerika itu banyak berkiblat ke Hollywood misalnya. Di penghujung diskusi tiba-tiba resepsionis masuk dan memberitahu kalau ada lagi satu peserta yang mau gabung. Tapi menurutnya lagi, "Dia ingin memeluk Islam"". Saya sedikit terkejut, sebab biasanya peserta yang datang akan bertanya atau menanyakan banyak hal sebelum menyataan kesiapan untuk itu. Setelah saya iyakan, masuklah seorang gadis separuh baya dengan wajah campuran Afrika dan Spanish. Nampaknya masih sangat muda. "Welcome, what is your name?" sapa saya. "Hi, I am Dawn" katanya dengan sedikit menunduk. Mendengar nama itu, saya teringat kata Inggris yang berarti "fajar", maka saya tanyakan "Dawn, does it mean early morning time?". "Yeah, I think that's what my parents wanted for me", jawabnya. Semua peserta melihat kepada peserta yang baru masuk ini. Apalagi pemberitahuan dari reseptionis bahwa dia akan masuk Islam. Bagi kebanyakan peserta, hal ini biasa. Hampir setiap Sabtu ada saja yang menyatakan "syahadah" di Islamic Center. Tapi bagi peserta baru non-Muslim hari itu, ini benar-benar sebuah pengalaman baru bagi mereka. "What is your back ground? I mean you ethnic and religious back ground". (apa latar belakangan suku mu). Saya menanyakan latar belakang etnik karena biasanya dari etniknya akan dikenal agamanya. Misalnya, kalau dia seorang Spanish maka dia hampir pasti seorang Katolik. "My father is African American but my mother is native American", jawabnya. Native American adalah sisa-sisa keturunan asli Amerika, suku Indian. Kulitnya agak putih tapi wajahnya lebih mirip "boyan" (Mexico). "Tell me then how did you come to know Islam?" (ceritakan, mengapa tertarik pada Islam), saya memulai. Tiba-tiba dengan sedikit tersenyum dia mengatakan "I never met any Muslim before, but I studied it by my self", jawabnya. "And how did you know about Islam in the beginning?" tanya saya. "You know, Islam is well known. I knew Islam for the first time from CNN when there was an interview by a woman .i think she was a leader of a Moslem organization." (Islam sudah ternama. Saya dapat membedakan agama Islam pertama kalinya dengan CNN ketika ada wawancara dengan seorang wanita, yang saya pikir dia seorang pemimpin organisasi Muslim)" , jawabnya. Belakangan saya ingat bahwa interview yang dimaksud adalah wawancara CNN dengan Dr. Ingrid Mattson, President ISNA (Islamic Society of North America) beberapa waktu lalu. Nampaknya Down sangat impressed dengan panampilan Ingrid yang tenang, bersahaja tapi sangat cerdik. Saya masih ingat dalam sebuah diskusi di Council on Foreign Relations baru-baru ini, di mana Ingrid menjadi salah seorang nara sumber. Pertanyaan para pesera sangat menyudutkan. Tapi dengan tenang dihadapi semuanya dan jawaban-jawaban yang diberikan mematahkan semua pertanyaan yang menyudutkan itu. Saya kemudian bertanya kepada Down 'Apakah baginya, meyakini, bahwa agama Islam adalah pilihan yang benar.' "Are you really convinced that Islam is the right way for you?". Dengan mantap dia manjawab "Yes sir". "Do you have any further questions or any thing that you may need to clarify?" tanya saya. Dengan mantap ia bahkan menjawab, " untuk sementara tak ada pertanyaan, dan Saya benar-benar siap dan menyetujui konsep Islam", katanya tegas. Saya pun dengan segera memberikan nasehat singkat, termasuk menjelaskan makna berislam itu sendiri. Bahwa masuk ke Islam itu bukan sekedar berpindah formalitas, tapi berpindah hidup dari sebuah tatatanan (sistem) menuju tatanan hidup yang baru. Dawn nampak serius dan sesekali mengangguk. Akhirnya dengan disaksikan oleh para peserta the Islamic Forum, termasuk beberapa non Muslim lainnya, Dawn secara resmi menerima Islam sebagai petunjuk hidupnya. Semoga Allah senantiasa menguatkanmu Down. New York, 17 Juni 2007 * Penulis adalah imam Masjid Islamic Cultural Center of New York. Syamsi adalah penulis rubrik "Kabar Dari New York" di www.hidayatullah.com. |
No comments:
Post a Comment