27 April 2007

Maryam Ahmed : Terbimbing Menuju Islam

Journey to Islam Oleh : Redaksi 25 Apr 2007 - 11:00 pm
imageWarga muslim kini menghiasi kota-kota metropolitan dunia. Sebut saja New York, Chicago, Los Angeles, London, Paris, Munchen, Sidney, dan Melbourne. Seperti seorang saudari kita, Maryam Ahmed, mereka terbimbing menuju Islam karena haus spiritual mereka menemukan padanan yang cocok dengan hati mereka. Berikut penuturan Maryam Ahmed tentang perjalanannya menuju Islam.

Awal Mulanya ...

Semula aku tidak mencari agama. Aku juga tentu saja tidak tahu apapun tentang Islam. Aku punya piliran yang samar tentang apa itu Muslim, tetapi aku juga tidak tertarik untuk mengetahuinya. Di tempat kerja aku berhubungan dengan beberapa orang Islam. Setelah kami saling mengenal, aku pergi ke perpustakaan lokal untuk mencari buku-buku yang menjelaskan Islam.

Dengan demikian aku dapat memahami kawan-kawanku sedikit lebih baik. Aku pun mulai membaca sejarah Islam. Semakin banyak aku membaca, semakin penasaran hingga aku selesai membaca banyak buku yang berkaitan dengan Islam dalam waktu yang singkat. Aku mulai meminjam beberapa buku dan kubawa ke rumah dan setiap ada waktu luang kuberikan diriku untuk membaca buku-buku itu. Saking banyaknya buku yang kubawa dan kubaca, pernah aku kehilangan buku perpustakaan yang kupinjam buku itu diambil orang dan kuberharap orang itu pun menikmatinya.

Sejalan dengan berlalunya waktu, aku semakin sering bergaul dengan orang-orang Islam dan muali bertanya tentang Islam ketika menghadiri sebuah pertemuan di Pusat Wanita Muslim di Lakemba. Secara bertahap aku juga bergaul dengan para mualaf baru Australia yang menikah dengan orang-orang Muslim sejak lahir.

Aku pun berkenalan dengan banyak orang dan mereka semua ramah-ramah dan menyenangkan. Cara hidup Islam membuatku nyaman. Aku mulai belajar shalat, menulis dan berbicara bahasa Arab. Aku merasa Islam adalah kebenaran, karena begitu aku menerima Firman Allah dalam Al-Qur'an, maka aku melangkah tanpa ragu-ragu. Proses keislamanku membutuhkan waktu enam tahun.

Pada mulanya teman-teman mulai tersinggung dan bingung. Namun perlahan-lahan keluargaku pun mengerti. Anak-anakku juga tertarik mempelajari Islam. Satu dari putriku dan keluarganya menerima Islam sebagai agama mereka yang baru. alhamdulillah.

Makin Tabah dengan Islam
imageDi tempat kerja aku hampir terisolasi karena 'berbeda' dan tidak bergaul dengan kawan-kawanku seperti dulu yang pernah kulakukan. Aku juga lebih terasing lagi karena aku sekarang memakai jilbab dan pakaian longgar. Bahasa dan perilaku mereka juga berbeda dari bahasa dan perilakuku karena kami punya sistem moral dan nilai yang berbeda pula. Sekarang aku orang asing di negeri kelahiranku sendiri.

Dalam bulan Ramadhan kaum Muslim akan lebih mencolok lagi karena kami tidak ikut makan pada waktu istirahat. Juga, maski kami dapat menghadiri pesta-pesta kantor, kami tidak makan. Itulah saatnya untuk menjelaskan keyakinan kami dalam rangka mengatasi ketakutan mereka dan ketidakpercayaan mereka kepada kaum muslim. Kami juga tidak makan babi lagi, apalagi ikut 'minum' dengan teman-teman kami. Dengan Islam kami benar-benar menjaga diri dan hidup teratur.

Sejalan dengan bertambahnya apresiasiku terhadap Islam dan kaum Muslim, aku berusaha untuk berhenti menyalahkan Tuhan atas kemalangan dan kekhawatiran yang kualami. Inilah titik-titik terbesar dalam hidupku. Godaan memang tak henti-hentinya menghempas, akan tetapi Islam membuatku semakin tabah menghadapinya. Tawakal serta ikhtiar aku jalankan dengan taat karena aku percaya Allah SWT tidak akan menguji umatnya dengan ujian yang tidak mampu kujalani. Ketika aku memahami ini, aku melalui segala cobaan dengan pemahaman akan kehendak Ilahi.

Lantas, apa yang kuperoleh? Tentu saja lebih banyak rasa tentram, baik jiwa, rohani, dan secara spiritual. Aku lebih berani lagi meniti jalan yang benar dan bersahabat dengan orang-orang Islam. Aku punya ikatan dan pengertian dengan mereka karena kami menyusuri jalan spiritual yang sama dan menghadapi hal-hal yang serupa. Aku pun lebih bisa menghormati agama lain daripada dulu, karena Islam benar-benar mengajarkan kerukunan beragama dengan menyuruh umatnya untuk tidak memaksakan kehendak beragama. Aku sama sekali tidak masuk Islam untuk disuruh menjadi misionaris dalam Islam, karena hal semacam itu tidak ada dalam Islam. Semua berkiblat pada lakum dinukum waliyadiin.

Alhamdulillah, aku juga telah menemukan seorang suami yang saleh dan seiman dan membantuku memahami pesan Allah SWT kepada Muhammad Rasulullah SAW, dan kepada seluruh umat manusia, yaitu Al-Qur'an.

Pesanku kepada pemeluk baru: berjalanlah perlahan, bacalah Al-Qur'an jika dapat, dan baca pula terjemahannya. Berpakaianlah dengan pakaian yang terasa nyaman, longgar, namun jangan memaksakan diri untuk langsung tampil beda. Jika sudah saatnya nanti, anda akan siap memakai jilbab. Berdoalah selalu agar Allah SWT selalu membimbing kita. Hubungilah para pemeluk baru Islam lainnya untuk bersahabat dan saling menolong dalam kesulitan. [na/fosmil]

- http://www.mwa.org.au/CAMP.html


No comments:

Translate it by Google Translator