Katagori : Focus Oleh : Redaksi 04 Jul 2008 - 3:30 pm Ketua FPI, Habib Rizieq Shihab menyampaikan hak jawab atas tulisan pendiri Tempo Goenawan Muhammad. "Si goen ingin "menggurui" saya dan Ustad Abubakar Ba'asyir tentang iman, " ujarnya. Di balik jeruji besi, Ketua Front Pembela Islam (FPI), Habib Rizieq Shihab masih lantang. Senin 23 Juni 2008, Advokasi Anti Ahmadiyah, selaku kuasa hukum Habib Muhammad Rizieq Shihab, mendatangi kantor majalah Tempo untuk menyampaikan hak jawab atas tulisan Catatan Pinggir Goenawan Mohamad di majalah itu pada edisi 16-22 Juni 2008. Sayangnya, hak jawab itu tak dimuat di Tempo. Melalui humas FPI, bantahan yang sedianya sebagai hak jawab itu kemudian dikirim ke redaki hidayatullah.com. Dalam suratnya yang dikirim melalui faks itu, Habib Rizieq mengatakan panjang lebar tentang beberapa pandangan tulisan Goenawan tentang FPI dan dirinya. "Setelah membaca catatan pinggir si goen dalam majalah Tempo edisi 16-22 Jui 2008, saya rasakan sel tahanan yang semula sempit dan pengap, berubah menjadi luas dan nyaman," tulisnya. "Tadinya, saya enggan menulis tanggapan ini, tapi karena si goen bertanya dan menantang, maka saya gunakan hak jawab saya. Di sini saya sengaja menulis namanya dengan singkat "si goen", itupun cukup dengan huruf kecil. Bagi saya, huruf besar hanya untuk orang besar, apalagi nama Muhammad hanya untuk orang mulia." Sebagaimana diketahui, dalam rubrik "Catatan Pinggir" di majalah Tempo edisi 16-22 Jui 2008, Goenawan Muhammad yang juga dikenal pendiri Tempo menulis seputur FPI dan Habib Rizieq Shihab. Dalam tulisan berjudul, "Indonesia", mas Gun, begitu kalangan wartawan menyebutnya, mengulas banyak hal. Diantaranya menyinggung masalah keadilan, kebhinekaan, Pancasila dan masalah keimanan. Ia juga mengatakan bahwa Indonesia bukan Arab Saudi dan bukan Turki. Dan tentusaja, kritik terhadap Habib Rizieq Shihab dan Ustad Abubakar Ba'asyir. "Keadilan adalah hal yang mulia, Saudara Shihab dan Ba'asyir, sebab itu pelik. Ia tak bisa digampangkan. Ia tak bisa diserahkan mutlak kepada hakim, jaksa, polisi –juga tak bisa digantungkan kepada kadi, majelis ulama, Ketua FPI, atau amir yang manapun. Keadilan yang sebenarnya tak di tangan manusia. Itulah yang tersirat dalam iman. Kita percaya kepada Tuhan: kita percaya kepada yang tak alang kepalang jauhnya di atas kita. Ia Yang Maha Sempurna yang kita ingin dekati tapi tak dapat kita capai dan samai. Dengan kata lain, iman adalah kerinduan yang mengakui keterbatasan diri. Iman membentuk, dan dibentuk, sebuah etika kedaifan," tulis Goenawan. Dalam tulisan lain, Goenawan juga mengatakan, "Gotong-royong" itu juga berangkat dari kerendahan hati dan sikap beradab, sebagaimana halnya demokrasi. Itu sebabnya, bahkan dengan membawa nama Tuhan –siapa pun, juga Saudara Baa'syir dan Saudara Shihab, tak boleh mengutamakan yang disebut Bung Karno sebagai "egoriesme-agama." Menjawab tulisan itu, Habib Rizieq membalasnya. "Anehnya, si goen yang selama ini tidak pernah memuji pemerintah, tiba-tiba melalui catatan pinggirnya menjilat polisi, jaksa, hakim hingga Presiden, kenapa? Takut atau cari muka? Mungkin si goen sedang depresi, takut dituntut dab diperiksa sebagai "biang kerok" insiden Monas? Atau si goen sedang ketar-ketir kedoknya terbuka sebagai antek asing? Atau si goen sedang bingung hilangkan jejak dana asing ratusan juta dolar yang diterimanya bersama "gang" AKKBB dari bosnya Amerika melalui Asia Foundation, Ford Foundation, USAID, NDI, Rockefeller, dll?", tulis Rizieq. "Lebih anehnya lagi, si goen ingin "menggurui" saya dan Ustad Abubakar Ba'asyir tentang iman, ketuhanan, kemanusiaan, keadilan dan Pancasila. Lucu, si goen dan "gerombolannya" yang selama ini mati-matian membela pornografi, pornoaksi, seks bebas, homoseks, lesbi, nabi palsu, aliran sesat. Bahkan menghina Allah dan Rasul-Nya, memfitnah Islam dan Al-Quran. Dia ingin menggurui kami? Itukah "iman" dan "ketuhanan" yang ingin diajarkan si goen kepada saya dan Syeikh Baa'syir?!." "Indonesia memang bukan Arab atau Turki, tapi jangan lupa, Indonesia juga bukan Amerika! Indonesia memang bukan negara agama, tapi Indoneisa juga bukan negara syetan yang kau bisa seenaknya menistakan agama dan budaya," tambah Habib Rizieq. Ketua FPI berada di penjara Polda Metrojaya ini menyelesaikan pendidikan sarjananya dari Fakultas Hukum Islam di King of Saud University, Riyadh, Arab Saudi . Baru-baru ini ia juga lulus master di Universitas Malaya, Kuala Lumpur. Tesis masternya yang dipuji oleh para guru besarnya itu berjudul "Pengaruh Pancasila terhadap Pelaksanaan Syariat Islam di Indonesia". Karena dianggap baik mutu riset dan penulisan tesisnya itu, para guru besar universitas tertua di Malaysia itu langsung mendukung Habib Rizieq meneruskan pendidikannya ke jenjang doktor. Akibat kasus Monas, studinya itu kita tertunda lagi. [rud/cha/www.hidayatullah.com] |
07 July 2008
Habib Rizieq: Si goen ingin “Menggurui“ Saya ?
Islam pilihan terakhir Aquil
04 July 2008
Dr M Yahya Waloni Menemukan Kebenaran dalam Islam
Sebagai pakar teologi, Pendeta Yahya Yopie Waloni sangat mengetahui teori-teori yang ada dalam agama Islam. Meskipun masih beragama Kristen, Yahya memandang teori apa pun yang ada di Islam sangat benar. Islam pun, mampu menceritakan peradaban dunia dari yang lalu sampai sekarang. Bahkan, agama Kristen diceritakan pula dalam Islam. Namun, menurut pria kelahiran Manado tahun 1970 ini, yang paling membuatnya tunduk patuh hingga memutuskan untuk masuk Islam pada Oktober 2006 adalah Islam menunjuk satu individu yang sangat tepat untuk menyebarkan ajarannya. "Ada satu individu yang membuat saya tunduk dan patuh, dia buta huruf tapi bisa menyusun Alquran secara sistematis," ujar pria yang mengganti namanya menjadi M Yahya Waloni setelah memeluk agama Islam itu kepada Republika. Menurut suami dari Lusiana (33) yang mengganti namanya menjadi Mutmainnah setelah memeluk Islam itu, dirinya masuk agama islam karena dari sistematika teori Islam sudah benar. Sebagai akamdemisi, kata dia, dirinya pun berpikir orang yang sudah memili teori benar saja bisa salah apalagi yang tidak memiliki teori yang benar. "Orang Islam yang sudah memiliki teori yang benar saja bisa salah apalagi yang tidak memiliki teori benar. Jadi, saya mengakui Islam secara teori dan spiritual," ujar Yahya. Ketertarikan Yahya untuk masuk Islam, kata dia, sebenarnya sudah ada sejak kecil, saat berumur sekitar 14 tahun. Pada usia itu, dirinya sudah ke masjd karena tertarik melihat banyak orang islam menggunakan pakaian seperti yang digambarkan di agamanya yaitu baju ikhram. Selain itu, dirinya pun sangat tertarik dengan gendang yang suka dimainkan di masjid-masjid. "Saya hanya berani ke masjid satu kali saja karena ketahuan dan dipukul sampai babak belur oleh bapak saya. Kalau nekad ke masjid lagi, saya takut bapak saya yang seorang tentara akan menggantung saya," ujar pria yang memiliki hobi bermain gendang ini. Namun, sambung pria yang pernah menjabat Ketua Sekolah Tinggi Theologia Calvinis di Sorong tahun 2000-2004 ini, dari sekian kejadian yang mendorongnya untuk memeluk Islam adalah pengalaman spiritual yang dialaminya. "Suatu hari, saya bertemu dengan seorang penjual ikan, di rumah lama kompleks Tanah Abang, Kelurahan Panasakan, Tolitoli," ia memulai kisahnya. Pertemuannya dengan si penjual ikan berlangsung tiga kali berturut-turut dengan waktu pertemuan yang sama yaitu pukul 09.45 Wita. "Kepada saya, si penjual ikan itu mengaku namanya Sappo (dalam bahasa Bugis artinya sepupu). Dia juga panggil saya Sappo. Dia baik sekali dengan saya," ujar bapak dari Silvana (8 tahun, kini bernama Nur Hidayah), Sarah (7 tahun, menjadi Siti Sarah), dan Zakaria (4 tahun) ini. Setiap kali ketemu dengan si penjual ikan itu, kata Yahya, dirinya berdialog panjang soal Islam. Anehnya, kata dia, si penjual ikan yang mengaku tidak lulus sekolah dasar (SD) itu sangat mahir dalam menceritakan soal Islam. Ia makin tertarik pada Islam. Namun, sejak saat itu, ia tidak pernah lagi bertemu dengan penjual ikan itu. Si penjual ikan mengaku dari dusun Doyan, desa Sandana, salah satu desa di sebelah utara kota Tolitoli). "Saat saya datangi kampungnya, tidak ada satupun warganya yang menjual ikan dengan bersepeda," tambahnya. Sejak pertemuannya dengan si penjual ikan itulah katanya, konflik internal keluarga Yahya dengan istrinya meruncing. Istrinya, Lusiana tetap ngotot untuk tidak memeluk Islam. Karena dipengaruhi oleh pendeta dan saudara-saudaranya. "Ia tetap bertahan pada agama yang dianut sebelumnya. Jadi, kita memutuskan untuk bercerai," katanya. Namun, sambung dia, tidak lama setelah itu, tepatnya 17 Ramadan 1427 Hijriah atau tanggal 10 Oktober sekitar pukul 23.00 Wita, ia bermimpi bertemu dengan seseorang yang berpakaian serba putih, duduk di atas kursi. Sementara, dia di lantai dengan posisi duduk bersila dan berhadap-hadapan dengan seseorang yang berpakaian serba putih itu. "Saya dialog dengan bapak itu. Namanya, katanya Lailatulkadar," kata Yahya. Setelah dari itu, Yahya kemudian berada di satu tempat yang dia sendiri tidak pernah melihat tempat itu sebelumnya. Di tempat itulah, Yahya menengadah ke atas dan melihat ada pintu buka-tutup. Tidak lama berselang, dua perempuan masuk ke dalam. Perempuan yang pertama masuk, tanpa hambatan apa-apa. Namun perempuan yang kedua, tersengat api panas. "Setelah sadar, seluruh badan saya, mulai dari ujung kaki sampai kepala berkeringat. Saya seperti orang yang kena malaria. Saya sudah minum obat, tapi tidak ada perubahan. Tetap saja begitu," ujarnya. Setelah diceritakan ke istrinya, kata dia, istrinya semakin tidak percaya dan ingin bercerai dengan Yahya. Namun, beberapa jam kemudian, istrinya menangis karena mimpi yang diceritakan suaminya kepadanya, sama dengan apa yang dimimpikan. Akhirnya istri saya yang mengajak segera masuk Islam," katanya. Akhirnya, kata Yahya, bersama istrinya memeluk Islam secara sah pada hari Rabu, 11 Oktober 2006 pukul 12.00 Wita melalui tuntunan Komarudin Sofa, Sekretaris Pimpinan Cabang Nahdlatul Ulama (NU) Tolitoli. Hari itulah, Yahya dan istrinya mengucapkan dua kalimat syahadat. "Kekuatan saya, sekarang hanya shalat tahajud malam dan Dhuha pukul 08.00," ujar mantan Rektor yang UKI Papua ini. Sumber : http://www.republika.co.id/suplemen/cetak_detail.asp?mid=5&id=331677&kat_id=105&kat_id1=147&kat_id2=376 |
Yusuf Estes (mantan pendeta) : Islam Diminati Sebagian Besar Wanita di Dunia
"Perbandingan antara wanita dan pria yang memeluk Islam adalah 10 berbanding dua," katanya di depan ratusan orang warga Kristen dan Muslim yang memadati aula kota (City Hall) Brisbane, Australia untuk mendengarkan ceramahnya tentang Islam yang damai Ahad (22/06) . Ulama Muslim AS yang merupakan imam di sebuah instalasi militer AS di Texas dan pendakwah di Biro Penjara Federal AS sejak 1994 itu mengatakan, kaum wanita yang kini lebih dominan sebagai pemeluk Islam daripada pria ini menunjukkan ketertarikan mereka pada agama yang menempatkan posisi mereka tinggi dan mulia. "Mengapa lebih banyak wanita yang memeluk Islam dari kaum pria? Apakah karena mereka mau dipukuli (pria Muslim)?" katanya bergurau untuk menepis anggapan keliru sejumlah pihak di luar Islam bahwa hak-hak wanita tidak dihormati dalam Islam. Islam tidak menyalahkan kaum wanitanya atas apa yang dilakukan oleh Hawa yang bersama Nabi Adam memakan buah kuldi yang dilarang Allah SWT sehingga mereka diturunkan ke bumi dan diampuni Allah kekhilafan mereka. "Dalam Islam, kita (setiap manusia) bertanggung jawab terhadap apa yang kita lakukan...," katanya. Islam Agama Terpesat Dalam ceramahnya yang berlangsung sekitar satu setengah jam dan dilanjutkan dengan sesi tanya-jawab itu, Yusuf Estes juga memaparkan fakta bahwa jumlah umat Islam kini mencapai lebih dari 1,2 miliar jiwa dan menjadikannya agama dengan perkembangan terpesat di dunia. Namun, kendati Islam diturunkan Allah SWT di jazirah Arab, tidak berarti bahwa Islam identik dengan Arab. Bahkan, lebih dari 80 persen pemeluknya adalah orang-orang non-Arab, katanya. Hanya saja, masih banyak orang yang salah faham tentang Islam dan para penganutnya, termasuk mereka yang menemukan kebenaran ilahiah dengan menjadi Muslim, kata Yusuf Estes. Ia mencontohkan bagaimana banyak orang di Amerika terkejut dan mereka-reka alasan orang-orang tenar masuk Islam, seperti saat mereka pertama kali mengetahui petinju legendaris, Cassius Marcellus Clay Jr, masuk Islam tahun 1975 dan berganti nama dengan Muhammad Ali. Hal yang sama juga menimpa publik Inggris saat mereka mengetahui penyanyi kenamaan mereka, Cat Stevens, memeluk Islam dan berganti nama dengan Yusuf Islam, katanya. Muslimah di Barat, Berperan Penting
Cahaya Islam benar-benar bersinar di Barat. Demikian pula dakwah kepada Islam gencar mulai dari Eropa seperti di Inggris, Denmark, Prancis, Belanda hingga benua Amerika seperti di kota New York, California dan negeri Canada. Walaupun demikian barat tak henti-hentinya mengkampanyekan buruk tentang Islam dan pemeluknya. Karena itulah beberapa komunitas Muslim di Barat menggelar "Stand for Islam" seperti di Inggris untuk menjelaskan Islam yang sebenar-benarnya. Subhaanallah, keindahan Islam akan semakin nyata dalam keihidupan ini. Terlebih lagi bila ada institusi penegaknya. Islam bukan sebatas agama ritual, melainkan sebuah pandangan hidup yang melahirkan jalan hidup. Semenjak lebih dari 14 abad silam, Islam pernah ditegakkan dan menjadi pemersatu umat Muslim dunia. Namun kini, di manakah penegak Islam dan pemersatu umat Islam sedunia itu? Insya Allah, Khilafah kali kedua akan segera kembali! [z/m/ant/syabab.com] Ayat Al-Qur`an Menggema di Aula Kota Brisbane Brisbane - Lantunan ayat-ayat suci Al Qur`an, Minggu siang, menggema di ruang utama aula kota (city hall) Brisbane yang dipenuhi ratusan orang Kristen dan Muslim yang datang dari berbagai daerah di sekitar ibukota negara bagian Queensland, Australia, itu untuk mendengarkan ceramah Yusuf Estes. Beberapa ayat suci umat Islam, termasuk sebuah ayat yang mengingatkan manusia bahwa "tidak ada paksaan dalam beragama" itu, dibacakan seorang pria Muslim beberapa saat sebelum mantan pendeta asal Amerika Serikat (AS) yang memeluk Islam sejak 1991 itu muncul di podium. Ratusan orang berusia tua dan muda, termasuk ibu-ibu yang datang bersama anak mereka, duduk rapi di ratusan tempat duduk yang tersusun rapi di dalam aula kota berarsitektur khas Eropa abad pertengahan itu. Di atas kursi hadirin tersedia sebuah paket berisi CD bertajuk "Why do Priests and Preachers Enter Islam" (Kenapa Para Pendeta Masuk Islam?) dan dua buku masing-masing berjudul "The Key to Understanding Islam" (Kunci Memahami Islam) serta "Muhammad the Messanger of Allah" (Muhammad Utusan Allah). Paket itu disediakan Organisasi Keislaman "Discover Islam Australia" yang mendukung dakwah Yusuf Estes untuk memperkenalkan Islam yang damai kepada komunitas Australia di Brisbane. Dalam ceramahnya yang berlangsung sekitar satu setengah jam itu, mantan pendeta asal Texas yang lahir dan besar dalam sebuah keluarga Kristiani yang taat ini menjelaskan berbagai aspek tentang Islam. Dengan bahasa Inggris Amerika yang sesekali diselingi dengan gurauan segar, imam di sebuah instalasi militer AS di Texas dan pendakwah Islam di Biro Penjara Federal AS sejak 1994 itu menjelaskan konsep ketuhanan, kenabian, kitab suci, kedudukan Mariam (Bunda Maria) dan Nabi Isa AS (Jesus), hingga kedudukan para nabi, kaum wanita dan anak-anak, serta jihad menurut Islam. Yusuf Estes juga membandingkan konsepsi Islam tentang ketuhanan, kenabian dan kedudukannya, serta kedudukan kaum wanita dan anak-anak dengan konsepsi Kristiani yang bersumber dari Perjanjian Baru (Injil). Mantan delegasi Konferensi Tingkat Tinggi Perdamaian PBB untuk Para Pemimpin Agama itu mengatakan, Islam tidak menyalahkan kaum wanita atas apa yang dilakukan oleh Hawa yang bersama Nabi Adam memakan buah kuldi yang dilarang Allah SWT, sehingga mereka diturunkan ke bumi dan diampuni Allah kekhilafan mereka. "Dalam Islam, kita (setiap manusia) bertanggung jawab terhadap apa yang kita lakukan...," katanya. Tentang anak-anak yang dilahirkan, Islam berpandangan bahwa setiap anak mendapatkan rahmat dan dirahmati. Karena itu, menurut Islam, setiap anak yang meninggal dunia akan masuk surga terlepas dari agama apa pun yang dianut oleh orang tua mereka, kata Yusuf Estes. Makna Islam Dengan lugas, pendakwah AS yang lahir di Ohio tahun 1944 ini juga memaparkan makna kata "Islam" di depan ratusan orang yang tampak mendengarkan ceramahnya dengan seksama itu. "Islam berarti berserah diri (surrender) kepada perintah Allah dan senantiasa damai atas apa pun yang menimpa diri kita," katanya. Yusuf Estes mengatakan, orang-orang yang mengikuti ajaran Islam dengan sebenar-benarnya akan senantiasa siap sedia terhadap apa pun yang menimpa diri mereka. Di dalam Islam, kejujuran merupakan nilai baik yang bersifat wajib bagi setiap diri Muslim. Umat Islam tidak boleh berbohong walaupun itu dilakukan hanya untuk tujuan "bergurau". "Jangan pernah berbohong walaupun itu hanya sekadar untuk bergurau. Karena itu, Muslim tidak melakukan gurauan terhadap Muslim lainnya, kitab-kitab suci, dan seluruh nabi dan rasul yang diyakini Islam, termasuk Isa AS (Jesus)," katanya. Bagi mereka yang ingin mengetahui lebih banyak tentang Islam dan alasan mengapa dia memeluk Islam, Yusuf Estes merekomendasikan beberapa situs internet yang bisa dirujuk, seperti http://www.yusufestes.com/, http://shareislam.com/, http://www.hearislam.com/, dan http://chatislam.com/ Ceramahnya di "City Hall" Brisbane itu merupakan puncak kegiatan dakwahnya guna membangun pemahaman yang benar dan lebih proporsional tentang Islam dan Muslim kepada komunitas non-Muslim Australia di beberapa kota di negara bagian Queensland. Salah faham dan ketakutan (fobia) terhadap Islam masih terus terjadi di masyarakat Australia sebagai akibat dari rendahnya pemahaman mereka terhadap Islam serta pemberitaan media setempat yang keliru dan tidak proporsional tentang Islam dan umat Islam. Hasil penelitian pakar studi-studi keislaman dari Universitas Griffith, Halim Rane, bertajuk "Knowing One Another: An Antidote for Mass Media Islam" menegaskan besarnya sumbangan media Australia terhadap penciptaan kesalahpahaman publik ini. Yusuf Estes mengawali misi dakwahnya pada 9 Juni lalu di Masjid Lutwyche. Di masjid ini, dia mengupas masalah konflik dan koherensi. Seterusnya pada 10 Juni, dia memberi ceramah di Universitas Griffith. Selama di Brisbane itu, Yusuf Estes pun mengupas kilas balik perjalanan spiritualitas dirinya, bagaimana kehidupan Muslim di Dunia Barat, serta memberikan lokakarya tentang dakwah Islam di Masjid Kuraby, Holland Park, Darul Uloom dan Gold Coast. Kehadirannya di Brisbane tidak terlepas dari peran "Discover Islam Australia" (Temukan Islam Australia), salah satu organisasi keislaman di Brisbane yang memiliki komitmen tinggi untuk mewujudkan perdamaian dan harmoni melalui pengenalan Islam yang benar kepada masyarakat Australia. (*ant) Yusuf Estes talks about journey to Islam Baca di http://swaramuslim more.php?id=5505_0_4_0_M Islam Exposed in Brisbane |
Anna Marcelina Masuk Islam setelah Mendapat Mimpi
Nama saya, Anna Marcelina. Saya anak kelima dari tujuh bersaudara, iahir dalam keluarga Kristen (Protestan) yang tergolong fanatik. Semula, mama saya seorang Muslimah, tapi kemudian masuk Kristen karena desakan ekonomi. Mama lebih mengorbankan akidahnya ketimbang harus berpisah dengan ayah. Yang saya ketahui tentang keluarga mama hingga saat ini, mereka masih mempertahankan agama Islam, hanya mama saja yang tergoda pindah agama menjadi Kristiani, mengikuti ayah. Setelah ayah meninggal dunia, mama saya kurang menjalani agamanya yang baru sebagai Kristiani. Suatu ketika, saya menegur, kenapa mama tak pernah berdo'a dan ikut kebaktian. Tapi teguran saya itu tak digubris oleh mama. Seiring perjalanan waktu, saya menikah dengan seorang laki-laki Muslim. Sebagai istri, saya bertekad untuk tetap mempertahankan iman Kristiani saya. Dan suami saya pun tetap pada akidah Islamnya. Meski berbeda akidah, saya tetap menghormati suami, begitu pula suami saya tidak memaksa saya pindah agama. Saya tahu, dalam Islam, tidak ada paksaan dalam beragama. Bagiku agamaku, bagimu agamamu. Prinsip itu diikuti oleh suami saya. Memang, dulu saya menikah dengan cara Islam. Tapi saya tidak menjadikan itu sebagai jalan untuk menjadi seorang Musilmah. Selama mengarungi rumah tangga yang baru seumur jagung, suami saya banyak membimbing saya dengan kesabaran dan kelembutan. Padahal, jujur saja, saya sempat berpikir untuk mengkristen dia, termasuk mengkristenkan saudara ibu saya. Tapi pikiran itu selaiu gagal untuk diwujudkan. Sebelum menikah, saya adalah seorang aktivis gereja di Bandung. Boleh dibiiang, saya bukan sekadar penganut Kristen biasa. Saya tergolong seorang yang militan. Kata teman-teman di gereja, saya punya kharisma. Entahlah. Yang jelas, saya sering mengajak dan menyampaikan kebenaran Kristen. Bahkan ketika saya masih kuliah, saya sempat mendirikan persekutuan do'a dan kebaktian di kampus. Padahal sebelumnya tak pernah ada kegiatan kerohanian Kristen. Lebih dari itu, saya bahkan pernah mengkristenkan dua orang Muslim, yang kebetulan dari golongan yang kurang educated. Tanpa melalui diskusi atau debat, cukup saya memberi pengertian tentang ajaran kaslh terhadap sesama. Dengan kata lain, saya menggunakan cara-cara yang halus dan lebih menggunakan pendekatan yang simpatik. Berbeda dengan lapisan masyarakat yang educated, mereka harus dihadapi melalui perdebatan lebih dulu. Alhasil, saya dapat merangkul beberapa Muslim lainnya. Dalam dakwah Kristen dikenal istilah "Jadilah penjala ikan". Ikan itu adalah manusia, dan kitalah yang menjalanya. Ketika sudah menjadikan diri sebagai penjaia ikan, maka harus ada follow up-nya. Sebagai penjala ikan, saya belum sampai menggunakan uang atau materi untuk mengajak mereka yang Muslim. Saya hanya menggunakan pendekatan yang lebih persuasif. Lagipula, saya bukanlah seorang misionaris. Saya hanya jadi pengikut saja. Artinya, saya memang belum menjadi seorang misionaris dalam pengertian sesungguhnya, yang menyampaikan ajaran Kasih Kristus ke penjuru dunia, mulai dari kota hingga daerah terpencil. Sejauh itu, saya hanya menyampaikan firman Allah, dan mengajarkan nyanyian puji-pujian saja. Asli, sejak saya lahir, saya tidak pernah mengenal apalagi mencari tahu tentang Islam. Meskipun mama saya awalnya Muslimah, saya tak ingin menyentuh hal-hal yang berkaitan dengan Islam. Itu, mungkin, karena saya seorang Kristen fanatik. Lalu, apa yang membuat saya ingin memeluk Islam? Kedengarannya sepele, suatu malam saya bermimpi dikelilingi oleh ibu-ibu berbusana Muslim, mengenakan jilbab putih bersih, dan menggenggam tasbih seraya melafazkan La Ilaha Illallah. Gemuruh suara itu membuat hati saya bergetar dan membuat saya terisak-isak. Saat terbangun, saya pun bertanya-tanya tentang takwil mimpi saya semalam, terutama kalimat La Ilaha Illallah. Setelah saya mencari tahu, ternyata saya baru memahami, bahwa kalimat tauhid itu bermakna Tiada Tuhan Selain Allah. Entah kenapa, saya yang dikenal sebagai seorang Kristiani yang fanatik, merasa yakin bahwa mimpi itu bukan sembarang mimpi atau bukan sekadar kembang tidur. Anehnya, saya langsung percaya. Dalam hati kecil saya, ini seperti petunjuk dan jalan terang bagi saya. Kalau ditanya, kenapa saya langsung percaya? Karena memang, saya selalu meyakini setiap mimpi sebagai firasat dan petunjuk dari Yang Kuasa. Boleh dibiiang, saya punya kelebihan untuk menjadikan mimpi saya sebagai petunjuk. Sebelumnya, pernah saya bermimpi adik saya sedang dirawat di sebuah rumah sakit di Jakarta. Anehnya, mimpi saya itu selalu menjadi kenyataan. Waktunya pun berlangsung cepat. Malamnya bermimpi, esoknya betul-betul terjadi. Bahkan jauh sebelumnya, saya pernah bermimpi saudara saya meninggal, esok harinya benar-benar terjadi. Umumnya, seseorang yang bermimpi sekitar pukul 2.00 pagi hingga menjelang Subuh, biasanya akan menjadi kenyataan. Karena pada saat itu, bukan sekedar mimpi, tapi sebuah firasat yang sangat kuat. Setelah mimpi yang pertama, kegelisahan saya semakin bertambah ketika saya mendengar adzan Subuh berkumandang. Saya merasakan keanehan. Setiap kali saya mendengar adzan Subuh, pasti saya terbangun dan tidur saya. Padahal, sebelumnya saya selalu bangun agak siang, saat matahari mulai meninggi. Untuk kedua kalinya, saya lagi-lagi bermimpi, seseorang berlutut (bersujud) dengan mengenakan sorban putih. Kemudian orang itu berdo'a, "Semoga kamu meraih kebahagiaan di dunia yang sekarang dan kebahagiaan di akhirat kelak." Setelah mimpi berturut-turut, saya tak kuat menyimpannya sendiri. Saya menceritakannya kepada suami saya. Suami saya agak surprise dan mendengarnya dengan penuh perhatian. Akhirnya, tahun 2004, saya memutuskan untuk masuk Islam. Saya diislamkan di sebuah pulau terpencil di luar Jawa. Sejak saya menjadi Muslimah, saya berganti nama menjadi Siti Masitoh. Saya teringat, ketika pertama kali shalat, hati saya terasa bergetar. Apalagi jika ayat-ayat Tuhan diperdengarkan, hati saya pun semakin tambah bergetar. Masa transisi dari Kristen menuju Islam, saya rasakan ujian yang sangat berat. Di samping berpisah dengan keluarga, silaturrahim terputus, saya juga mendapat kesulitan ekonomi. Hingga suatu malam, saya memohon dan bermunajat kepada Allah, agar Allah memberi kemudahan dan menguatkan kesabaran saya. Alhasil, do'a saya langsung dijawab Allah, betul-betul instan. Sebagai seorang guru, saya belum menerima gaji bulanan. Padahal, uang saya ketika itu tinggal Rp. 15.000,-, sementara tanggal 30 masih jauh. Mengandalkan suami, tentu tidak mungkin, mengingat suami saya berprofesi sebagai wiraswasta kecil-kecilan. Begitu saya shalat Tahajud dan bermunajat kepada Allah dengan penuh kesungguhan, tanpa diduga saya menerima telepon dari teman satu gereja saya dulu yang sedang berada di Arab Saudi untuk mentransfer uang sebesar Rp. 1 juta. Saat itu, saya bertambah yakin, Allah sungguh Mahahidup. Dia tahu kegelisahan dan penderitaan hambaNya. Padahal kawan saya itu belum tahu, bahwa saya sudah menjadi seorang Muslimah. Setahun berjalan menjadi Muslimah, saya sering mengenang dosa-dosa yang telah saya perbuat di masa lalu. Dalam kesendirian, di tengah malam yang sunyi, jiwa saya merintih, air mata ini tak mampu lagi saya bendung. Sedih, kalau saya ingat bahwa saya dulu bukan orang baik, apalagi sempat mengkristenkan beberapa orang Islam. Ingin sekali saya menebus dosa-dosa saya, meski saya harus memulai hidup ini dari nol lagi. Apa pun yang terjadi, saya serahkan seluruh hidup saya kepada Allah. Saya hanya ingin mendapat ampunan dan ridhaNya. Terakhir, saya ingat, saya sempat pamit pada ibu saya. Terus terang, hanya ibu yang tahu dengan keislaman saya. Sementara saudara-saudara saya yang lain belum mengetahui. Sejak saya menikah, hubungan saya dengan saudara-saudara yang lain terputus. Saya memang berusaha menyembunyikan keislaman saya. Saya khawatir dengan keselamatan diri saya dan keluarga saya. Karena saya tahu, keluarga dari pihak kakak-kakak saya adalah orang-orang keras. Mereka tidak segan-segan mencederai saya, kalau tahu saya memeluk Islam. Tapi, bagi saya, kebenaran itu harus diungkapkan, jangan disembunyikan. Hanya Allah lah sebaik-baik Pelindung. Banyak hal yang saya dapatkan setelah masuk Islam. Selain rasa ketenangan, saya juga menilai Islam adalah agama yang mengutamakan disiplin. Setiap saya bangun malam untuk shalat Tahajud, saya merasa dekat dengan Tuhan. Terlebih, saat Subuh, saya selalu berjama'ah dengan suami. Kemantapan iman saya semakin kokoh, ketika saya mengikuti workshop ESQ pimpinan Ary Ginanjar. Dengan pelatihan itu, iman saya seperti di-ces kembali. [amanahonline] |
Gadis Berjilbab Itu Jadi Bintang Tim Sepakbola Perempuan Denmark
Zainab al-Khatib, muslimah asal Denmark, bisa jadi satu-satunya pemain sepakbola perempuan berjilbab saat ini. Kehadirannya seperti oase di tengah situasi yang masih menghangat akibat kasus pelecehan Rasulullah Saw oleh sejumlah media massa Denmark. Zainab baru-baru ini terpilih untuk memperkuat tim nasional kebelasan sepakbola perempuan Denmark, setelah Danish Football Association (DBU) memberi izin Zainab tetap mengenakan jilbabnya saat berlaga di lapangan hijau. Dan izin itu tidak hanya berlaku di Denmark, tapi juga untuk seluruh wilayah Eropa, jika Zainab memperkuat timnya di luar wilayah Denmark. Kelihaian Zainab menggiring bola dan mencetak gol-gol yang spektakuler mengundang decak kagum. Tak heran kalau gadis berjilbab itu kini menjadi pusat perhatian para penggemar bola di Denmark. "Saya sangat senang saya bisa menjadi teladan di Denmark, " kata Zainab yang memulai karir sepakbolanya tiga tahun yang lalu. Ia berhasil mencetak gol dan membawa kemenangan gemilang bagi timnya saat melawan tim Swedia belum lama ini. "Zainab memiliki kepribadian yang kuat, perilakunya selalu positif dan memberikan inspirasi baik di dalam maupun diluar lapangan, " kata pelatih Zainab, Troel Mansa. "Dia adalah salah satu pemain terbaik saya. Saya senang bisa menjadi pelatihnya, " puji Mansa. Zainab yang masih berusia 15 tahun itu, kini menempati posisi sebagai penyerang dalam timnya. Ia baru mengenakan jilbab setahun yang lalu. Ibundanyalah yang menolong Zainab mendisain jilbab yang nyaman dipakai saat ia bermain sepakbola. "Ia memang seorang Muslim yang taat, dan kami layak mendukungnya untuk meraih impiannya dalam bidang olahraga. Saya bangga, Zainab bisa membuktikan bahwa mengenakan jilbab bukan berarti ia kehilangan haknya untuk menekuni olahraga, " kata Ibrahim al-Khatib, ayah Zainab. Pelatih Zainab, Manas juga mengatakan bahwa jilbab Zainab tidak pernah menjadi kendala. "Kami hanya menaruh minat pada ketrampilan dan kepribadiannya. Saya tidak pernah mendengar ada pemain atau pelatih yang mengungkapkan keberatan tentang jilbabnya, " tukas Manas. Zainab mengakui bahwa teman-teman satu timnya sangat memberikan dukungan padanya. "Mereka menerima saya, dan saya tidak mengalami hambatan apapun. Waktu tim kami melawan tim Swedia, beberapa pemain tercengang melihat jilbab saya, tapi tak satupun yang menyatakan keberatan, " kata Zainab. Zainab menganggap masalah jilbab seharusnya tidak perlu diributkan."Saya merasa senang, bisa menyeimbangkan kewajiban agama dengan hobi saya, " sambungnya. Menurutnya, ia ingin menunjukkan bahwa warga Muslim Denmark ingin berbaur dengan seluruh lapisan masyarakat. "Saya melihat diri saya sendiri sebagai seorang Muslim Denmark yang secara efektif memberikan kontribusi bagi masyarakat dan bangga bisa menjadi wakil negara ini di luar negeri, " tukas gadis keturunan Palestina yang juga aktif di lembaga sosial Islam di kotanya, Odense dan bercita-cita jadi dokter ini. Zainab beruntung bisa bebas mengenakan jilbabnya tanpa harus kehilangan kesempatan berprestasi di bidang olahraga yang digemarinya. Pasalnya, beberapa muslimah berjilbab tidak seberuntung Zainab. Pada Maret 2007, International Football Association Board (IFAB) menyatakan jilbab dilarang dalam permainan sepakbola, setelah seorang muslimah berjilbab Kanada dikeluarkan dari tim sepakbolanya karena mengenakan jilbab. Kemudian, pada Januari 2008, seorang muslimah siswa menengah di AS yang juga atlet lari, dikeluarkan dari kompetisi juga karena mengenakan jilbab. Pada November 2007, seorang anak perempuan berusia 11 tahun, dilarang ikut turnamen nasional Yudo di Kanada, karena ia mengenakan jilbab. (ln/iol/eramuslim) |