Salah seorang atlet berjilbab adalah atlet lari sprint asal Bahrain, Ruqaya al-Ghasara. Sebagai seorang atlet dan muslimah berjilbab, ia telah membuat sejarah dengan meraih medali emas dalam ajang pesta olahraga Asia Barat pada tahun 2006. Ditanya soal jilbabnya, Ruqaya menjawab, "Jilbab tidak pernah jadi masalah buat saya." Dunia akan melihat muslimah-muslimah berjilbab yang ikut serta dalam aneka kompetisi olahraga dalam Olimpiade Beizing yang dibuka pada 8 Agustus kemarin. Selain Ruqaya, ada enam atlet perempuan Mesir yang mengenakan jilbab, tiga atlet asal Iran, satu atlet asal Afghanistan dan Yaman. Mereka adalah atlet-atlet yang akan bertanding di cabang olahraga lari sprint, mendayung, taekwondo dan panahan. Atlet anggar asal Mesir Shaimaan El-Gammal, mengenakan jilbab untuk pertamakalinya saat bertanding di Olimpiade Beizing. Ia mengatakan sangat bangga menjadi seorang Muslimah ketika tampil bertanding anggar. "Jilbab adalah sesuatu yang sangat simbolis di negara saya, " kata El Gammal yang masih berusia 28 tahun. Menurut El Gammal, jilbab memberikan kekuatan dalam dirinya. "Banyak orang melihat kami yang mengenakan jilbab dan berpikir kami sedang naik unta. Padahal seorang Muslimah biasa melakukan apa saja yang mereka inginkan, " tukasnya. Hal serupa diungkapkan oleh Ruqaya. Ia mengatakan, kaum perempuan di kampung halamannya di Bahrain sangat bangga dengan prestasinya hingga bisa mewakili negaranya di ajang olimpiade. Sebagian dari mereka, bahkan membantu Ruqaya mendesain dan menjahitkan jilbab yang sudah dipikirkan masalah aerodinamisnya agar Ruqaya bisa tampil maksimal saat bertanding. "Di Bahrain, tempat saya dibesarkan, kaum perempuan banyak yang menjadi duta besar, dokter bahkan pilot. Buat saya, jilbab adalah pembebasan, " ujar Ruqaya yang selalu mengenakan jilbab warga merah putih, warna khas bendera negaranya. (ln/iol/eramuslim) Shaimaan El-Gammal Ruqaya al-Ghasara Sara Khoshjamal Panitia Olimpiade Beijing Siapkan Makanan Halal Bagi Kaum Muslim Peserta Olimpiade tentu saja selain datang dari banyak negara juga dari berbagai penganut agama. Sekitar 10 ribu atlet dan ofisial adalah kaum muslim. Nah, untuk kaum muslim panitia setempat ternyata juga menyediakan makanan halal di banyak tempat. Seorang pejabat di Beijing yang dikutip media setempat menyebut panitia menyediakan 2.053 tempat penjualan makanan halal, termasuk restoran dan toko-toko makanan. Wu Shixiong, deputi direktur Kongres Rakyat Kota Beijing, menyebutkan pemerintah kota telah menyisihkan 32 juta yuan atau sekitar Rp42,7 miliar untuk membuka tempat-tempat penjualan makanan halal di pusat-pusat transportasi. Antara lain bandara ibukota dan Stasiun Kereta Api Beijing Barat, serta meningkatkan fasilitas pemrosesan makanan di tempat-tempat utama katering muslim. NIUJIE STREET Selain atlet dan ofisial, turis dari kalangan muslim diperkirakan akan banyak yang hadir untuk menyaksikan Olimpiade. Niujie Street di pinggiran Beijing diperkirakan akan menjadi salah satu tujuan wisata Olimpiade. Sebab Niujie menjadi tempat bermukimnya warga muslim China lebih dari 1.000 tahun silam, dan penganutnya mencapai angka 12.000 jiwa. Di daerah ini juga terdapat Mesjid Niujie yang dibangun sejak tahun 996 Masehi. Sedangkan di Beijing sendiri ada 70 mesjid, 12 di antaranya disiapkan untuk tamu Olimpiade yang bergama Islam untuk aktifitas salat. Para penerjemah pun disiagakan panitia di mesjid-mesjid selama gelaran Olimpade berlangsung. (pkota) NU JIE MOSQUE |
14 August 2008
Atlet-Atlet Berjilbab, Bersinar di Olimpiade Bejing
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment