Kamis, 29 Maret 2007 | |
WHO akhirnya mendukung khitan pada pria. Katanya, sel di ujung kelamin pria diduga rentan infeksi HIV. Padahal Islam sudah ratuhan tahun mempraktekkan Hidayatullah.com--Organisasi kesehatan Dunia, WHO, dan program Aids PBB mengumumkan, mereka kini mengakui khitan bagi kaum pria secara signifikan bisa melindungi kaum pria heteroseks dari bahaya HIV. Kedua lembaga ini mengatakan program pengkhitanan bisa menyelamatkan tiga juta jiwa dalam waktu 20 tahun ke depan. Sebagaimana dikutip BBC, pengkhitanan mulai akan menjadi bagian penting dari sejumlah langkah yang dipromosikan oleh PBB dalam memerangi HIV. Berbagai uji coba baru-baru ini meyakinkan para pakar bahwa seorang pria yang dikhitan, bisa mengurangi resiko HIV lewat penularan seksual heteroseks, sebesar 60 persen. Jadi di negara-negara yang tingkat HIV-nya tinggi dan kaum laki-lakinya tidak disunat, program baru ini bisa bermanfaat sekali. Para pakar kesehatan ingin menegaskan bahwa pesan mereka adalah, pengkhitanan bisa mengurangi risiko HIV, tetapi bukan mengilangkan risiko. Masalah budaya Kepala urusan HIV-AIDS WHO, Kevin de Cock, mengatakan, meski sudah dikhitan, kaum laki-laki harus tetap melindungi diri dengan cara lain seperti memakai kondom dan menghindari perilaku berisiko. "Khitan laki-laki jangan dilihat sebagai satu-satunya tindakan. Sunat merupakan strategi pencegahan tambahan," katanya. "Kaum laki-laki harus sadar bahwa sunat hanyalah perlindungan parsial. Tindakan preventif lain diperlukan, dan kita harus berjaga-jaga agar tindakan preventif lain tidak ditinggalkan," tambah Kevin de Cock. Langkah berikutnya adalah bagi masing-masing negara untuk memutuskan bagaimana mereka akan mengkampanyekan sunat, karena masalah ini merupakan masalah budaya yang sensitif. Kebijakan ini mungkin ditolak oleh kelompok masyarakat tertentu. PBB juga ingin mengadakan penelitian lebih lanjut. Penyakit Menular Sunat atau khitan dalam bahasa Arab berarti memotong ujung kulit kemaluan atau qulfah. Kulit yang menutupi kepala zakar. Dalam Islam, amalan khitan dimulai zaman Nabi Ibrahim. Artinya, sebelum Barat menemukan manfaatnya, Islam telah ratusan tahun mengamalkannya. Tahun 2006 lalu, sebuah penelitian menunjukkan, pria yang dikhitan terbukti jarang tertular infeksi melalui hubungan seksual dibanding yang tidak khitan. Penelitian sebelumnya, khitan mencegah HIV. Penelitian yang dimuat dalam jurnal Pediatrics terbitan November 2006 itu menunjukkan, khitan ternyata bisa mengurangi resiko tertular dan menyebarkan infeksi sampai sekitar 50 persen, yang menyarankan manfaat besar mengenai sunat bagi bayi yang baru lahir. Penelitian yang sama tentang khitan dan hubungan dengan penyakit AIDS juga pernah dipaparkan dalam konferensi internasional ke-25 tentang AIDS di Bangkok. Hasilnya sama, khitan bisa mengurangi tingkat HIV (virus penyebab AIDS), sipilis, dan borok pada alat kelamin. [bbc/hid/cha] |
No comments:
Post a Comment