REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON – Di sini, kata Sumaya, tidak ada konsekuensi dari apa yang diperbuat. Jadi, seolah anak manja yang menuntut hak untuk melakukan hal sesukanya.
Menuntut Tuhan untuk menerima perilaku keji. "Jadi, tidak mengherankan apabila penjara kita penuh dengan penjahat, dan orang tua sulit untuk mengontrol anak-anaknya," kata dia
Sumaya mengatakan konsep itu bertolak belakang dengan Islam. Dalam Islam, hidup itu adalah pilihan. Seorang Muslim akan masuk surga apabila ia menjadi seorang yang baik. Demikian pula sebaliknya.
"Dalam Alquran, Nabi Muhammad SAW mengatakan pada kita bahwa seorang Muslim akan masuk surga atas rahmat Allah atau perbuatan baik," ucapnya.
Pada fase ini, Sumaya penuh dengan rasa bimbang. Ia berusaha keras untuk tidak memikirkan hal itu. Tetapi, ia tidak mau terjebak dalam keyakinan yang tidak dapat dipahami.
"Aku benar-benar frustasi. Aku sebenarnya bosan dengan kondisi di mana aku tidak tahu kepada siapa harus menyembah. Aku belum mampu menerima Muhammad," kata dia.
Namun, hal itu tidak berlangsung lama setelah sumaya diberikan Alquran terjemahan. Ia selalu mencari kesalahan dan mempertanyakan Alquran. Nyatanya, semakin dibaca, Sumaya kian yakin bahwa Alquran ini merupakan sumber kebenaran. Sumaya mendapatkan pula jawab tentang kepada siapa ia harus menyembah.
"Aku mulai menangis. Aku menangis untuk ketidaktahuan masa laluku. Aku kagum pada pengetahuan ilmiah dalam Alquran. Aku sangat terkesan dengan deskripsi proses embriologis yang dijelaskan dalam Alquran, dan banyak lagi. Aku pun menerima Islam sebagai agamaku," pungkasnya.
No comments:
Post a Comment